SINOPSIS
“Dia anakmu dan Aki” kata Rei dan menjulurkan foto yang dipegangnya kearahku. Aku hanya melirik sekilas. Aku hanya menghela nafas dengan panjang. Ada rasa sesaak menyelimuti benakku, tapi kutahan.
“Terus?” kataku dengan bersendekap.
“Apa maksudmu? Dia anak yang kau kandung dan lahirkan”
“Oh ya .. aku kok tidak ingat ya?”
“Memang kondisimu saat itu lain, kamu dalam kondisi amnesia, bahkan kupikir jika kau kesakitan melahirkan maka kau akan ingat semua kembali, namun kenyataannya kau bahkan tidka ingat sama sekali.” Apa yang dikatanan Rei, aku hilang ingatan dan amnesia? Lalu hamil dan bisa melahirkan dalam kondisi amnesia? Gila, benar-benar gila, mereka pikir aku apa?
“saat ini dia berumur 20 tahun, dia ingin ketemu denganmu, aku melakukan ini agar kau ….
“Ach sudahlah kalau dia ingin bertemu biarkan, kalau dia ingin kebenaran ya biarkan … bukan urusanku,” kataku sambil berdiri dan mau pergi. Namun Rei mencekal tanganku.
“Tunggu, apa maksudmu?” Aku pandang wajah Rei yang memang secara tidak sadar mengingatkanku pada Aki, adik dari Rei sekaligus mantan suamiku.
“Rei, berapa umurmu sekarang? 40 tahunan bukan? Buat apa kamu meributkan hal yang tidak perlu dilakukan sekarang, biarlah bocah itu mencariku akan aku beritahu apa yang dilakukan pamannya kepada ibunya,” aku tersenyum smrik.
“Namanya Yama, diambil dari nama Aki dan kamu, dia bukan bocah itu,” tegas Rei. Aku hanya mengangkat pundakku dan mengibaskan tangan Rei. Lalu aku pergi begitu saja.
“Kau tidak ingat bagaimana Aki meninggal? Hah … di depanmu persis didepanmu dia ditembak tepat jantungnya … Deg … ada rasa desir dalam dadaku mendengar Rei menyebutkan kejadian 20 tahun yang lalu.
“Kau tahu Miya, mata kananmu itu adalah mata Aki,” teriak Rei karena aku tetap berjalan. Kuhentikan langkahku saat dia menyebut mengenai mata kananku.
Komentar
Posting Komentar