KENALAN DENGAN TYPHUS YUKS!
Pernah sakit Tipus atau tipes? Jawabku pernah. Kapan? Waktu usiaku
40 tahun … duch aneh kan usia itu seharusnya bisa menjaga kesehatan diri.
karena tipes indentik dengan sakit pencernaan yang disebabkan jajan sembarang
tempat. Sementara aku gak pernah sama sekali jajan dipinggir jalan yang sering
sich ke resto seperti mc. D, Leco, Rechees dsb. Kok aneh ya? Setelah ku
mengenal sakit types baru kutahu bahwa penyebabnya tidak hanya itu berkaitan
juga dengan daya tahan tubuh, makanan pedas dan asam, kemungkinan maaf yang
naik akhirnya usus bekerja lebih banyak. Biar gak keliru lagi yuks kenalan dengan
sakit tipes.
Tifus (tipes) atau demam tifoid adalah penyakit yang terjadi
karena infeksi bakteri Salmonella typhi yang menyebar melalui makanan dan
minuman yang telah terontaminasi. Penyakit yang banyak terjadi di negara-negara
berkembang dan dialami oleh anak-anak ini dapat membahayakan nyawa jika tidak
ditangani dengan baik dan secepatnya.
Tifus dapat menular dengan cepat. Infeksi demam tifoid terjadi
ketika seseorang mengonsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi
sejumlah kecil tinja yang mengandung bakteri. Pada kasus yang jarang terjadi,
penularan juga bisa terjadi akibat terkena urine yang terinfeksi bakteri.
Faktor Risiko Tifus
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang terserang
tifus, antara lain:
·
Sanitasi buruk.
·
Tidak membersihkan tangan sebelum makan, atau
kurang bersih dalam mencuci makanan.
·
Mengonsumsi sayur-sayuran yang menggunakan pupuk
dari kotoran manusia yang terinfeksi.
·
Mengonsumsi produk susu atau olahannya yang telah
terkontaminasi.
·
Menggunakan toilet yang sudah terkontaminasi
bakteri.
·
Melakukan seks oral dengan mereka yang membawa
bakteri Salmonella typhii.
Penyebab Tifus
Makanan dan air yang terkontaminasi diduga oleh para dokter
sebagai penyebab utama berkembangnya penyakit tifus. Sistem kekebalan tubuh
yang belum sempurna juga bisa menjadi penyebab penyakit ini lebih banyak
dialami anak-anak.
Gejala Tifus
Gejala tifus umumnya mulai muncul pada 1 hingga 3 minggu
setelah tubuh terinfeksi dengan ciri-ciri berupa demam tinggi, diare atau
konstipasi, sakit kepala, dan sakit perut. Kondisi ini dapat memburuk dalam
beberapa minggu.
Jika tidak segera ditangani dengan baik, dapat terjadi
komplikasi seperti pendarahan internal atau pecahnya sistem pencernaan (usus).
Risiko komplikasi juga akan berkembang menjadi membahayakan nyawa jika situasi
tersebut tidak segera ditangani dengan baik.
Jika tidak ditangani mendapatkan perawatan yang benar,
diperkirakan 1 dari 5 orang akan meninggal karena tifus. Sementara yang tetap
hidup berisiko mengidap komplikasi yang disebabkan infeksi. Umumnya tifus
diobati dengan pemberian antibiotik.
Keputusan pengobatan di rumah atau di rumah sakit bergantung
kepada tingkat keparahan yang dialami. Jika tifus didiagnosis pada stadium
awal, kamu dapat menjalani perawatan di rumah dengan pengobatan antiobiotik
selama 1-2 pekan. Perawatan di rumah sakit barulah diperlukan jika kasus tifus
terlambat terdiagnosis atau sudah dalam stadium lanjut.
Diagnosis Tifus
Diagnosis tifus dapat dilakukan dengan menganalisis sampel
darah, tinja, atau urine seseorang di laboratorium. Selain
pemeriksaan-pemeriksaan tersebut, diagnosis tifus yang tergolong akurat juga
bisa dilakukan melalui pemeriksaan aspirasi sumsum tulang, meskipun ini sangat
jarang dilakukan.
Pengobatan Tifus
Cara yang paling efektif dalam menangani tifus adalah dengan
segera mungkin memberikan terapi antibiotik. Selain itu, obat penurun demam
juga bisa diberikan untuk menurunkan suhu tubuh. Pengobatan tifus dalam
dilakukan di rumah sakit, tapi jika gejala masih ringan dan terdeteksi lebih
cepat, maka perawatan bisa dilakukan di rumah.
Pencegahan Tifus
Pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan vaksinasi. Di
Indonesia, vaksin tifoid merupakan imunisasi yang dianjurkan oleh pemerintah,
meski demikian vaksin ini belum masuk dalam kategori wajib. Vaksin tifoid
diberikan kepada anak yang sudah berusia di atas dua tahun dan diulang tiap
tiga tahun. Imunisasi tifoid di Indonesia sendiri diberikan dalam bentuk suntik
pada balita dan dalam bentuk oral pada anak yang berusia di atas enam tahun.
Seperti halnya pada vaksin-vaksin lain, vaksin tifoid tidak
memberikan perlindungan 100 persen. Anak yang sudah diimunisasi tifoid tetap
rentan terserang terinfeksi, tetapi tingkat infeksi yang dialami anak yang
sudah divaksin tidak akan seberat mereka yang belum divaksin sama sekali.
Vaksinasi pun dianjurkan bagi orang yang berniat bekerja atau
bepergian ke daerah yang sedang dilanda kasus penyebaran tifus. Tindakan
pencegahan lain yang juga perlu dilakukan adalah memperhatikan makanan dan
minuman yang akan dikonsumsi. Jika kamu dan anak berniat makan di luar rumah,
sebaiknya hindari makan di tempat terbuka yang mudah terpapar bakteri dan
disarankan untuk mengonsumsi minuman dalam kemasan.
Karena sudah paham, yuks jaga kesehatan diri dari al kecil
yaitu cuci tangan pakai sabun dan tetap memakai masker ya … semoga semua sehat
selalu.
Komentar
Posting Komentar