ASSALAMU'ALAIKUM MERTUA ...
Saat itu tak pernah kubayangkan bahwa aku akan tinggal dengan mertua. Yang kuinginkan hanya tinggal bersamanya yang kuyakini bahwa seorang wanita jika menikah harus mengikuti suami. Berdasarkan pendapat tersebut aku mengiyakan saja saat diminta tinggal dengan mertua. Selain itu aku hanya ingin pergi dari rumahku dan belajar mandiri. Namun semua mimpi itu berangsur-angsur lenyap. Seperti keluar dari mulut harimau mausk mulut singa.
Diawal
membangun rumah tangga bersamanya aku selalu berada dalam lindungannya dan
mertuaku selalu mengikuti apa kata suamiku. Namun apa yang kutakutkan tidak
terjadi. Mertuaku senang aku langsung hamil. Apapun yang ingin kumakan selalu
dibuatkan dan tak kenal lelah. Pagi ingin gudeg, siang maunya semur, sore minta
cah sawi, oleh Ibu mertuaku selalu dibuatkan. Entah karena gawan bayi, setiap
beliau mengirim makanan ke kamar aku tidak mau karena baunya bawang
sekali. Buah apapun disiapkan beraneka
macam. Kupikir mungkin karena aku sedang mengandung cucunya ya apapun yang
kuinginkan dituruti.
Menginjak
kelahiran anak pertama, Ibu mertuaku memberikan banyak petunjuk tentang
bagaimana merawat diri setelah melahirkan, termasuk salah satunya minum jamu
bersalin. Selama itu pula semua makanan disediakan oleh beliau. Sementara Bapak
mertua membuatkan box dari besi dan dicat sendiri sesuai keinginanku. Karena aku
ragu anakku perempuan atau laki-laki maka kuminta mengecat warna kuning. Dan ternyata
yang lahir perempuan. Bapak mertuaku sampai menangis. Saat itu aku belum paham,
kupikir memang seharusnya begitu yang dilakukan oleh seorang bapak dan ibu
terhadap anaknya.
Tanpa
terasa aku sudah tinggal bersama mertuaku selama 8 tahun. Anak ketigaku lahir
perempuan. Ibu mertuaku membangun dapur menjadi baik karena di keramik. Sementara
gudang dibelakang juga dibangun menjadi ruangan katanya nanti bisa dibuatkan 1
rumah kecil untuk dikontrakkan. Padahal aku berharap rumah itu aku tempati. Ternyata
ditempati ibu dan bapak mertua dan aku bersama keluarga di rumah depan. Dan
mulailah aku diminta memasak untuk semua keluarga. Menu maisng-masing orang dirumah beda-beda. Khusus
Ibu mertua sayur dan lauknya khusus untuk diet diabet. Untuk Bapak mertua harus
bersantan dan pedas. Lalu untuk keluargaku ynag anaknya masih kecil sayur tidak
pedas. Begitulah kegiatanku di rumah mertua. Namun itu hanya bertahan selama 1
tahun saja karena apa yang kumasak tidak cocok dilidah mertuaku. Lagipula aku
dan suami kerja pagi sehingga semua harus cepat dan praktis dalam segala hal
termasuk membuat makanan.
Kala
itu bapak mertuaku mulai mengalami “kepikunan” yang mulai lupa dirumah sendiri
sampai lupa makan. Selama itu pula aku tetap bertahan dengan aturan-aturan yang
dibuat ibu mertua tentang bagaimana cara memasak yang baik. Padahal bukan itu
saja dalam menjalani kehidupan pernikahan. Mungkin kami sama-sama lelah dengan semua yang terjadi
ditahun-tahun itu sampai memasuki pernikahan usia 12 tahun. Ibu mertua marah dan ingin kos. Jika aku juga
ikut marah mungkin aku juga memilih pergi, tetapi aku tetap bertahan karena
suamiki adalah putranya yang ahrus diikuti dan aku gak mungkin meminta suamiku
untuk durhaka pada orang tua.
Kini
bapak mertuaku sudah meninggal 3 tahun yang lalu, dan ibu mertuaku juga sakit
luka diabet. Dengan keterbatasan yang aku dan suamiku punya kami tetap bekerja
sama menjaga ibu mertua, apapun yang beliau katakana jarang kami bantah. Saat itulah
aku mulai menyadari bahwa yang dilakukan Ibu dan Bapak mertuaku saat itu adalah
bentuk dari penyesuaian saat ada orang asing masuk dalam rumahnya, dan ornag
asing itu disayangi anaknya. Dengan pemahaman tersebut aku mulai memahami kalau
akupun juga dalam proses penyesuaian diri terhadap kehidupan pernikahan yang
kupilih.
Assalamu’alaikum Bapak dan Ibu
mertua, maafkan aku yang belum bisa memahami bahwa yang dilakukan semua adalah
kebenaran. Maafkan mantumu ini yang ingin menjadi ratu di dalam rumah.
Sejujurnya ada rasa takut di dalam hati apakah aku bisa menjadi menantu yang diharapkan oleh
Bapak dan Ibu mertua. Dalam hatiku tak ada niat menguasai putra Bapak dan Ibu
yang sudah dibesarkan dengan baik sehingga saya memilih untuk menjadi pendamping
hidup saya. Mungkin dengan kerelaan dan saling memahami maka tidak ada jurang
antara mennatu dan mertua. Terima kasih telah mengijinkan saya memasuki
kehidupan kalian dan membuat aturan-aturan yang sudah dibuat didalam keluarga
besar berubah dengan hadirnya diriku. Mohon bimbingan dan maafkan keegoisan ku
selama ini, aku kan belajar dan terus belajar. Karena pengalaman adalah guru
yang terbaik maka ajari aku dari pengalaman bapak dan ibu mertua.
12 tahun, pasti ga mudah ya mbadev..heuu.. semoga jadi amalan baik dan tabungan akhirat ya mba..
BalasHapus-Purnama indah-
Sampai hari ini sudah 16 tahun ... aku bersama mertua dan aku baik-baik saja dan semakin subur heheheheh
HapusHem MaasyaAllah dari judul nya.... serasa warna warni gitu hehehe
BalasHapus